BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
            Orde Baru telah runtuh, dimana orde baru telah menurunkan seorang Presiden yang diktator dan otoriter yaitu Soeharto. Kepemimpinan yang berbasis militer, membuat masyarakat begitu resah dan tidak bebas bergerak semaunya. ABRI berkuasa dan menjalankan sistem politik dan pertahanan negara. Era orde baru adalah era kapitalisme yang begitu otoriter. Indonesia dihadapkan pada kekuasaan sentralistik dan asing sangat mudah sekali dalam membangun jaringan di Indonesia.
            Soeharto membungkam mulut rakyat dengan cara militernya. Padahal rakyat juga tidak begitu sejahtera pada waktu itu. Banyak kerugian yang dihadapi oleh Rakyat Indonesia pada waktu itu. Terutama petani cengkeh dan tembakau. Produk ini merupakan salah satu produk yang mahal dan dapat menguntungkan petani. Namun sejak diperlakukannya sebuah sistem satu pintu milik pemerintah. Petani cengkeh dan tembakau rugi besar karena produk mereka dijual dengan harga yang murah. Banyak dari mereka yang gulung tikar. Dan mereka tidak bisa berbuat banyak.
            Kekuasaan yang begitu kejam itu berjalan hingga sampai tahun 1998. Dimana krisis moneter melanda negara yang ada di seluruh dunia. Indonesia juga terkena imbas dari krisis ini. Krisis multidimensi ini membuat rakyat, mahasiswa dan buruh turun kejalan dan menuntut Soeharto mundur. Saat itu Soeharto memimpin dengan didampingi wakil Presiden B.J. Habibie. Salah satu orang yang mengangkat Indonesia dengan pesawat terbangnya. Habibie mulai diangkat menjadi bagian dari pemerintah Indonesia sejak dia menyelesaikan studinya di Jerman yaitu pesawat terbang.
            Kecerdasan Habibie itulah yang membuat Soeharto memanggilnya untuk pulang ke Indonesia. Diapun diangkat menjadi Menteri pada saat itu dan akhirnya diapun dijadikan wakil Presiden RI mendampingi Soeharto. Habibie adalah saksi sejarah bagaimana tuntutan agar Indonesia masuk kedalam era baru yaitu Reformasi. Mahasiswa menuntut agar Soeharto mundur dari jabatannya. Dan menuntut agar kroni-kroni Soeharto dihukum. Selain itu Mahasiswa juga menuntut diperlakukannya otonomi daerah, menghukum para pejabat yang KKN, demokrasi yang seluas-luasnya dan menghapus Dwi Fungsi ABRI.
            Dan pada akhirnya Soeharto terdesak. Gedung MPR-RI dan DPR-RI diduduki oleh demonstran. Sehingga itulah yang menyebabkan akhirnya Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Dari situlah akhirya Indonesia memiliki Presiden baru. Yaitu wakil Presiden Habibie. Yang harus melanjutkan kepemimpinan Soeharto karena mundur dari jabatannya. Disitulah mulai kepemimpinan Habibie sebagai Presiden ketiga RI.
            Habibie adalah Presiden yang sejatinya tidak mengerti tentang Politik. Namun dia memimpin Indonesia dan dalam situasi yang masih kritis. Perjalanan kepemimpinannya tidak begitu mulus. Habibie harus sesegera mungkin memperbaiki situasi dengan membuat sebuah UU baru untuk menjalankan pemerintahannya di era Reformasi dan harus sesegera mungkin untuk mengadakan pemilihan umum yang demokratis. Dalam menjalankan tugasnya Habibie adalah orang yang terbuka terhadap siapa saja. Namun dia bukanlah pendengar yang baik. Selain itu gaya komunikasinya yang cenderung spontan dan dia adalah tipe orang yang kurang begitu tenang dalam menghadapi masalah.
            Sehingga dalam kepemimpinannya, dia adalah salah satu orang yang akhirnya tidak bisa mengatasi masalah di Timor Timur. Dan berujung pada sebuah Referendum yang membuat Timor Timur lepas dari Indonesia. Peristiwa itu membuat Rakyat tidak bisa menerima bahwa salah satu daerah di Indonesia harus lepas. Sehingga peristiwa yang bersejarah itu adalah salah satu bentuk kesalahan dari Habibie. Dan pada sidang pertanggung jawaban setelah pemilihan umum 1999, pertanggung jawaban Habibie tidak diterima yang berujung pada tidak bisa mencalonkannya Habibie sebagai calon Presiden RI.
            100 hari tidaklah mudah Habibie memimpin bangsa ini dengan situasi transisi di era orde baru menuju reformasi. Dan makalah ini akan menunjukkan tentang kepemimpinan singkat Habibie pasca orde baru. Serta bagaimana kepemimpinan Habibie pada saat itu.
I.2. Rumusan Masalah
            1. Bagaimana 100 hari kepemimpinan Presiden Habibie sebagai Presiden RI ?
2. Bagaimana Habibie bisa menciptakan iklim Reformasi dalam kepemimpinan singkatnya ?
3. Bagaimana Timor Timur bisa lepas dari Indonesia saat era Habibie memimpin ?

I.3. Tujuan
            1. Mengetahui 100 Hari kepemimpinan Habibie sebagai Presiden RI
2. Mengetahui iklim Reformasi yang diciptakan oleh Habibie selama menjadi Presiden
3. Mengetahui lepasnya Timor Timur dari Indonesai saat Habibie memimpin


















BAB II
ISI
I.I. 100 Hari Kepemimpinan Habibie
            Kepemimpinan Habibie adalah kepemimpinan yang singkat. Sehingga kepemimpinan yang singkat ini harus dijalankan dengan betul untuk bisa mencapai sebuah transisi yang baik. Setelah Habibie resmi dilantik sebagai Presiden dengan menggantikan Presiden Habibie yang mengundurkan diri. Habibie melakukan pidato dimana pidato itu untuk melihat situasi demonstran di Indonesia. Dalam 100 hari kepemimpinannya, Habibie melakukan langkah-langkah dalam mensukseskan pemerintahannya.
            Langkah yang diambil oleh Habibie dalam bukunya Detik-detik yang menentukan adalah sebagai berikut :
1.      Kabinet yang dibentuk harus terdiri dari wakil fraksi yang ada di DPR dan MPR, secara proporsional dan siusulkan oleh fraksi masing-masing. Mereka harus dapat bekerja sama sebagai satu tim yang profesional dan berjiwa patriotis.
2.      Lembaga tinggi dan tertinggi negara harus dijadikan institusi profesional, objektif, kuat dan mandiri.
3.      Walaupun para anggota DPR dan MPR baru saja dipilih tahun yang lalu, Habibie berpendapat bahwa dalam waktu sesinggkat-singkatnya sudah harus dilaksanakan pemilu untuk memberikan legitimasi yang kuat kepada DPR dan MPR. Untuk itu kesempatan harus diberikan kepada siapa saja untuk dapat mendirikan partai politik, asal tidak melanggar UUD ’45 dan memenuhi kriteria yang nanti disusun, ikut dalam pemilu yang akan datang.
4.      Habibie harus segera berkonsultasi dengan pimpinan MPR dan DPR untuk dapat menentukan jadwal sidang Istimewa MPR dan pemilu yang akan datang.
5.      Pada Sidang Istimewa MPR, ketentuan MPR harus disempurnakan menjadi dasar hukum reformasi dan pemilu dengan peserta partai politik yang tidak terbatas pada Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia dan Golkar saja. Presiden, Gurbenur dan Bupati hanya dapat dipilih langsung untuk dua periode saja, sesuai kriteria yang masih harus ditetapkan. Undang-undang ekonomi pasar seperti antimonopoli dan sebagainya, harus segera disusun.
6.      Demi objektivitas kebijakan dalam memimpin kabinet Reformasi Pembanguna, Habibie tidak dapat menjabat sebagai koordinator harian keluar besar Golkar. Pertanggungjawaban harus diberikan kepada rakyat dan tidak kepada keluarga besar Golkar. Oleh karena itu, Habibie memutuskan dalam waktu sesingkat-singkatnya melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa Golkar di Jakarta untuk mereformasi Golkar menjadi Partai Politik dan membuarkan Keluarga Besar Golkar.
Dalam 100 hari pemerintahannya langkah awal adalah membentuk kabinet yang dilakukan secara cepat. Kabinet Reformasi Pembangunan ini akan bekerja bersama Habibie selama 100 hari pemerintahannya. Banyak tokoh-tokoh yang juga hadir dikediaman Habibie. Mereka memberikan masukan dalam pemerintahan Indonesia kedepan. Untuk membentuk kabinet Reformasi Pembangunan, Habibie begitu teliti dan mengerti apa yang dikehendak oleh Rakyat. Buktinya dalam bukunya Detik-detik yang menentukan. Habibie memaparkan betul apa yang harus dilakuka Angkatan darat, udara dan laut. Bahkan Polisi juga dipaparkan tugasnya apa. Dan akhirnya pada pemilihan Menhankam juga demikian tidak harus dikalangan ABRI. Kalangan sipil juga bisa menduduki posisi itu. Dan akhirnya terwujudlah kalangan sipil untuk masuk dalam Kabinet.
Memang apabila dilihat dalam era Orde Baru, ABRI begitu berkuasa. Mereka diberikan fasilitas oleh Soeharto dengan memberikan sebuah jabatan yaitu Menteri. Kabinet yang diambil oleh Soeharto diduduki dari kalangan ABRI dan keluarga cendara (rumah kediaman Soeharto). Baik itu anak atau besan dari Soeharto bisa menduduki Kabinet dan Golkar salah satu Golongan yang dibentuk oleh Soharto adalah penguasa pada saat itu.
Dengan era baru yaitu Reformasi, Habibie berjasa dalam memimpin era transisi tersebut yaitu kalangan sipil dapat masuk di kabinet. Keluarga Habibie tidak masuk dalam Kabinet. Habibie mundur dari Keluarga Besar Golkar dan Keluarga Besar Golkar harus dibubarkan. ABRI harus netral, Golkar harus segera menjadi Partai Politik, Tahanan Politik dibebaskan, Partai Politik bisa bersaing dalam Pemilu dan sebagainya.
Selain itu fungsi dari Gurbenur Bank Indonesia juga demikian. Gurbenur BI tidak lagi menjadi Menteri. Gurbenur Bi tidak lagi bertanggung jawab kepada Presiden. Sehingga Gubernur BI harus mandiri dan profesional. Sehingga BI lebih transparan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas mata uang rupiah. Jadi memang pada saat itu yang diharapkan oleh Presiden Habibie adalah BI fokus pada kestabilan nilai Rupiah, mengatur suku bunga dan mengatur Inflasi yang ada di Indonesia. Seluruh menteri terutama menteri keuangan dan sebagainya tidak boleh ikut mempengaruhi BI dalam mengurusi masalah ini. Selain Gurbenur BI, Jaksa Agung juga tidak boleh menjabat sebagai Menteri.
Inilah langkah-langkah yang diambil oleh Habibie dalam mengurusi masalah Bangsa pada waktu itu selama dia menjabat sebagai Priden. Selama 100 hari Habibie mengatur Indonesia sedemikian rupa dengan langkah-langkah yang begitu besar sehingga bisa menciptakan Transisi pemerintah yang baik dalam mencapai cita-cita Reformasi.
I.2. Iklim Reformasi yang Dibuat Oleh Habibie
            Dalam mewujudkan Reformasi, Demokrasi dan Ekonomi Kerakyatan. Habibie berpacu pada langkah-langkah yang dipaparkan dalam subbab tersebut. Hal pertama yang dilakukan adalah membentuk kabinet setelah itu dia mulai memperbaiki Undang-undang yang ada di Indonesia. Dan Habibie mulai membuat Undang-undang baru untuk mengatur beberapa hal yang belum diatur. Berikut adalah Undang-undang yang langsung dibuat dan diwujudkan oleh Habibie :
1.      UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
2.      UU No. 3 tahun 1999 Pemilu
3.      UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR
Tiga Undang-undang diatas adalah UU yang demokratis. Masih banyak UU yang dulu langsung dibentuk oleh Habibie, termasuk UU Bank Indonesia dan memperbaiki UU Subversif.
            Iklim Reformasi mulai terasa dalam pemerintahan Habibie. Demokrasi dirasakan oleh Indonesia. Banyak perubahan besar dan pengaturan yang baik diciptakan oleh Habibie. Kebebasan pres mulai dirasakan, kebebasan berpendapat oleh seluruh masyarakat Indonesia juga telah dirasakan. Termasuk amandemen UUD ’45 yang akan menciptakan sebuah sistem yang baru untuk Indonesia.
            Dalam Iklim Reformasi ada juga ketetapan MPR yang berjumlah 12 ketetapan dan ada 4 yang mencerminkan jawaban dan tututan refromasi, yaitu :
1.      Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang Referendum
2.      Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
3.      Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan kebijakan di luar batas perundang-undangan
4.      Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.
12 Ketetapan MPR antara lain :
1.     Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
2.     Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
3.     Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
4.     Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
5.     Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
6.     Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7.     Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
8.     Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
9.     Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Inilah ketetapan MPR yang saat itu resmikan untuk bisa menciptakan iklim reformasi.
            Dalam masa pemerintahannya banyak sekali kebijakan-kebijakan yag dimana untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Namun ada pula yang jutru menimbulkan sedikit polemik dalam pemerintahan Habibie. Sebuah kondisi dimana adanya perpecahan dalam kubu ABRI. Yaitu kubu Wiranto dan Prabowo. Dua orang ini saling bertarung dalam kondisi dan situasi Indonesia yang pada saat itu masih terbilang panas. Saling menyalahkan dalam kasus Penculikan dan Pembunuhan Demonstran Reformasi berujung pada pemecatan salah seorang darinya. Yaitu Letnan Jendral Prabowo Subianto. Salah satu yang disangka dalang dalam penyerangan Demonstran Reformasi. Pemecatan itu dilakukan oleh Habibie untuk menciptakan sebuah ketenangan kondisi Indonesia pada waktu itu. Namun di masyarakat sendiri ternyata itu menimbulkan Pro dan Kontra. Banyak yang Pro pemecatan tersebut namun ada juga yang Kontra dalam pemecatan Prabowo.
            Selain itu kondisi di Timor Timur yang juga tidak kunjung usai. Konflik Timtim begitu panas dan tuntutan untuk Referendum memisahkan diri dari Indonesia semakin meluas. Inilah yang akhirnya membuat keputusan Habibie untuk melepaskan Timtim dan menjadikan Provinsi ini memisahkan diri dari Indonesia. Sehingga lahirlah negara baru yaitu Timor Leste.
            Ada yang baik dan ada yang buruk selama masa transisi itu. Namun dengan sebuah langkah-langkah yang begitu baik oleh Habibie. Membuat kondisi Indonesia justru menjadi baik. Suatu hal yang tidak pernah dilupakan oleh seluruh bangsa Indonesia saat kepemimpinan Habibie adalah nilai tukar Rupiah terhadap dolar pada saat setelah turunnya Soeharto adalah 10.000-15.000. Ditangan Habibie semua itu diperbaiki hingga nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS semakin menguat hingga 6.500. Dan itu bertahan hingga masa jabatan Habibie selesai. Kondisi ini tidak pernah terjadi dipemerintahan selanjutnya.

I.3. Lepasnya Timor Timur
            Salah satu yang membuat pertanggungjawaban Habibie tidak bisa diterima oleh MPR adalah lepasnya Timor Leste dari Indonesia. Timor Lesta adalah negara yang dulunya provinsi di Indonesia. Timor Leste dalam keinginannya melepaskan diri dari Indonesia adalah tak lain peran dari Negara lain. Dimana awalnya adalah PM Australia pada waktu itu memberikan surat kepada Presiden Habibie tentang sejarah Timor Timur yang menjadi bagian dari Indonesia.
            Akhirnya berujung pada diberlakukannya jejak pendapat kepada masyarakat Timor Timur apakah dia menginginkan bergabung dengan Indonesia atau tidak. Memang secara histori Timor Timur adalah daerah bekas jajahan Portugis. Sedangkan Indonesia adalah Negara bekas jajahan Belanda. Secara histori memang Indonesia dan Timor Timur adalah negara yang berbeda karena mereka dijajah oleh bangsa yang berbeda.
            Namun pada awal pembebasan daerah tersebut oleh Portugis. Peran Indonesia pada masa itu sangatlah besar. Karena dibantu oleh Indonesia Timor Timur bisa melepaskan diri dari Portugis. Yang akhirnya berujung dapat bergabungnya Timor Timur untuk menjadi Provinsi di Indonesia.
            Keputusan Habibie untuk melakukan sistem Voting dalam jejak pendapat tersebut menimbulkan polemik didalam masyarakat Indonesia termasuk para elit Politik. Banyak yang memiliki pandangan, bahwa negara lain kedepan hanya memanfaatkan Timor Timur saja apabila melepaskan diri dari Indonesia. Dan Habibie seahurnya mempertahankan itu. Timor Timur memiliki bahan pembuat Nuklir yang besar sehingga itulah yang akan dimanfaatkan oleh negara lain. Sehingga dalam keputusan melakukan Voting sangatlah tidak dimungkinkan. Menurut para elit pada waktu itu Timor Timur harus dipertahankan betul. Dan masyarakat Timor Timur sudah dipengaruhi oleh negara lain apabila mau memisahkan dengan Indonesia. Termasuk akan dibangunnya sebuah patung yesus terbesar di Dunia setelah Rio Dejainero, Brazil.
            Dan pada akhirnya Timor Timur merdeka dengan jejak pendapat yang memenangkan Timor Timur untuk menjadi negara sendiri. 2002 adalah tanda kemerdekaan Timor Timur yang akhirnya membuat Provinsi ini resmi memisahkan diri dan menjadi negara baru yaitu Timor Leste.
            Inilah salah satu kesalahan Habibie yang seakan-akan tidak dimaafkan oleh para elit Politik saat itu. Sehingga membuat Habibie tidak bisa mencalonkan kembali sebagai calon Presiden RI. Pertanggungjawaban Habibie tidak diterima oleh MPR membuat Habibie harus selesai hanya dengan 100 hari kepemimpinannya. Dan digantikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid.






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Habibie adalah Presiden yang menjabat sangat singkat dalam sejarah Indonesia. Beliau menjabat hanya 100 hari saja. Dan beliau adalah salah satu negarawan yang berjasa dalam membawa kemajuan Negara ini. Tidak ada yang bisa memimpin seperti Beliau. Dia memang seorang Teknokrat. Dia bergerak dibidang IPTEK, namun dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik dengan kondisi yang tidak memungkinkan yaitu masa Transisi di era baru Reformasi. Sebuah langkah-langkah praktis yang sampai sekarang masih terus dipakai dan terus diperbaiki. Seorang IPTEK namun memiliki kecerdasan dalam berpolitik yang baik. Sehingga Habibie bisa membawa sebuah langkah demokrasi yang sesungguhnya meskipun pada saat itu memiliki sebuah langkah yang diresahkan oleh Rakyat yaitu lepasnya Timor Timur dipangkuan ibu Pertiwi.
Habibie adalah wujud seorang pemimpin yang transformatif. Dia adalah pemimpin yang memang tahu apa yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah bangsa dimasa transisi tersebut. Wujud itu dilakukan dengan melakukan diskusi dengan tokoh-tokoh apa yang harus dilakukan kedepan, kabinet yang ideal bagaimana dan ada tim pembentuk kabinet juga pada waktu itu. Habibie mengetahui urgensinya saat Gurbenur BI juga sebagai menteri dan Jaksa Agung sebagai menteri. Dengan sebuah solusi yang praktir membuat keteraturan birokrasi Indonesia menjadi lebih baik. Meskipun Menhankam tetap dijabat oleh Wiranto yaitu Jendral pada waktu itu, Habibie tetap berpendapat bahwa Menhankam juga bisa berasal dari sipil, bukan dari ABRI saja. Namun karena memang Wiranto masih mumpuni sehingga Habibie tetap memakainya. Habibie juga memberikan sebuah langkah untuk ABRI. Angakatan Udara, Laut dan Darat harus mengurusi masalah pertahanan negara dan Polisi harus mengurusi masalah keamanan serta membasmi kriminalitas. Ini membuktikan bahwa keempatnya harus bersifat netral. Bahkan Habibie juga memberlakukan sistem Multipartai dan Golkar harus sebagai Partai.



DAFTAR PUSTAKA
Habibie, B.J. (2006), Detik-Detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, Jakarta, THC Mandiri.
Bacharudidin Jusuf Habibie, id.wikipedia.org diakses 4 Januari 2015|13.00 WIB
Kronologi lepasnya Timor-timor dari Wilayah NKRI, insulinda.wordpress.com diakses 4 Januari 2015|13.15 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CRITIKAL REVIEW BUKU FRANZ MAGNIS SUSENO: ETIKA JAWA

REVIEW BUKU SOEMARSAID MOERTONO: NEGARA DAN USAHA BINA-NEGARA DIMASA LAMPAU

Kontrak Sosial Montesquieu dan Rousseau